BAGIAN V
CABANG ILMU PENGETAHUAN YANG
DIPELAJARI SANTRI PPTI MALALO
1. ILMU NAHU
Sejarah
ilmu nahu
Di dalam Bahasa
Arab mempunyai kaidah-kaidah (seperti memberi baris)yang harus dimengerti dan
dipelajari oleh umat islam atau orang yang akan mempelajari Ilmu agma islam
seperti Tafsir Al-Quran dan hadis Rasulullah SAW, kitab-kitab yang mempelajari
ajaran Islam seperti kitab tauhid,fikih, tashauf dan kitab-kitab lainnya,
karena semua itu berbaha arab, jadi pengetahuan tentang kaidah Bahasa Arab
tersebut, agar, jangan sampai tersalah dalam memahami Bahasa Arab tersebut .
Dikisahkan dari Abu Aswad Ad-Duali,
ketika Ia melewati seseorang yang sedang membaca Al-Quran, Ia mendengar sang
Qar’ membaca surat at-taubah ayat 3 dengan ucapan
¨br& ©!$# ÖäüÌt/ z`ÏiB tûüÏ.Îô³ßJø9$# ¼ã&è!qßuur
Dengan mengkasrahkan (dibaca garis bawah) huruf lam
pada kata rusulihi yang seharusnya di Dhommahkan(di baca garis depan) yang
menjadikan artinya : “sesungguhnya Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik
dan rasulnya”
Hal ini menyebabkan arti dari kalimat tersebut
menjadi rusak dan menyesatkan. Seharusnya kalimat tersebut di Dhommahkan lam
yang ada pada “wa rasuuluhu”yang artinya “sesungguhnya Allah dan Rasulnya
berlepas dari orang-orang musyrikin.”
Karena
mendengar perkataan ini, Abu Aswad Ad-Dauli menjadi ketakuta, ia takut kaidah
Bahasa Arab menjadi rusak dan gagahnya Bahasa Arab ini menjadi hilang, padahal
hal tersebut terjadi di awal mula Daula Islam.
Kemudian
hal ini disadari oleh Kalifah Ali Bin Thalib sehingga ia memperbaiki keadaan
ini dengan membuat pembagian kata, bab inna dan saudaranya, bentuk
idhofah(penyandaran), kata tanya dan selainnya, kemudian Ali Bin Abi Thalib
berkata kepada Abul Aswad Ad-Duali
“ “
:Ikutilah jalan in”
Dari
kalimat inilah , Ilmu kaidah Bahasa Arab disebut dengan Ilmu Nahu (artinya
nahwu secara bahasa adalah arah).
Kemudian Abul Aswad Ad-Dauli melaksanakan tugasnya dan menambah kaidah tersebut
dengan bab-bab lainnya sampai terkumpul bab-bab yang mencukupi, kemudian dari
Abul Aswad ad-dauli inilah muncul ulama-ulama besar lainnya, seperti Abu Amru
bin ‘allai, kemudian al-Khalil
al-Farahidi al-Bashr (peletak Ilmu arudh dan penulis mu’jam pertama), sampai
kepada Sibawaihi dan Kisai (pakar Ilmu Nahwu, dan menjadi rujukan dalam kaidah
Bahasa Arab).
Seiring
dengan berjalannya waktu, kaidah Bahasa Arab berpecah belah menjadi dua mazhab,
yakni mazhab Bashrah dan Kuffa (padahal keduanya bukan termasuk daerah Jazirah
Arab), kedua mazhab ini tidak
henti-hentinya tersebar hingga akhirnya mereka membaguskan pembukuan ilmu Nahwu
sampai kepada kita sekarang.
Demikianlah
sejarah awal terbentuknya Ilmu Nahwu, dimana kata nahwu ternyata berasal dari
ucapan Khalifah Ali Bin Abi Thalib, sepupu Rasulullah SAW.
2. ILMU SHOROF
Sekitar Ilmu Shorof
Ilmu Shorof merupakan salah satu dari
ilmu grammar Bahasa Arab(adabiyatu
arabiyah), secara bahasa ilmu shoraf diartikan sebagai “perubahan”. pada
dasarnya ilmu shoraf merupaka ilmu yang mempelajari tentang perubahan kata
dalam Bahasa Arab, Ilmu shorof juga dikenal dengan ilmu tentang pengenalan dan
pembuatan kata. Perubahan pada kata dilakukan untuk mendapatkan kata dengan
makna yang baru atau sekedar mempermudah pengucapan kata, misalnya kata yang bermakna
satu orang sedang menolong (nashora), bagaimana kemudian kita merubahnya
menjadi dua orang telah menolong dan bisa saja dengan memahami ilmu shorof ini
kita bisa merubah kalimat dari pi’il madi menjadi pi’il mudhori’, dari pi’il
mudhori’ menjadi masdar, dari masdar
menjadi isim pa’il, dari isim pa’il menjadi isim maf’ul, dari isim
maf’ul menjadi pi’il amar, dari pi’il amar menjadi pi’il nahi, dari pi;il nahi
menjadi isim zaman, dari isim zaman menjadi isim makan, dari isim makan menjadi
isim alat yang istilah itu semua di sebut tashrif sepuluh dalam ilmu shorof.
Ilmu
Sharaf Mamfaat mempelajari adalah:
Mampu mengenali
kata-kata dari Bahasa Arab serta memahami
dengan benar makna kata-kata itu,
Mampu membuat kata tertentu sesuai dengan makna yang
diinginkan.
3. ILMU TASAWWUF
Tasawwuf itu secara umum adalah usaha mendekatkan
diri kepada tuhan dengan sedekat mungkin, dengan melalui pensucian rohani dan
memperbanyak ibadah, usaha mendekatkan diri ini b aiya selalu dibawah bimbingan guru/syekh.
Ajaran-ajaran tasawwuf yang merupakan jalan yang harus ditempuh untuk
mendekatkan diri itu kepada tuhan, itulah sebenarnya tarikat. Dengan demikian
dapatlah dikatakan, bahwa tasawwuf itu adalah usaha mendekatkan diri kepada
tuhan, sedangkan tarikat itu adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang
dalam usahanya mendekatkan diri itu kepada tuhan.
Dr. Ibrahim Hilal mengatakan tasawwuf itu adalah
memilih jalan hidupsecara zuhud,
menjauhkan diri dari perhiasan hidup dalam segala bentuknya. Tasawwuf itu
adsalah bermacam-macam ibadat. Wirid dan lapar, berjaga diwaktu malam dengan
membanyakkan shalat dan wirid, sehingga lemahlah unsur jasmaniah dalam diri
seorang dan semakin kuatlah unsur rohaniahnya, dan tak terlena oleh kehidupan
dinia ini yang di tunjukkan oleh firman Allah dalam surat al-Hadid ayat 30
yaitu :
(#þqßJn=ôã$# $yJ¯Rr& äo4quysø9$# $u÷R9$# Ò=Ïès9 ×qølm;ur ×puZÎur 7äz$xÿs?ur öNä3oY÷t/ ÖèO%s3s?ur Îû ÉAºuqøBF{$# Ï»s9÷rF{$#ur ( È@sVyJx. B]øxî |=yfôãr& u$¤ÿä3ø9$# ¼çmè?$t7tR §NèO ßkÍku çm1utIsù #vxÿóÁãB §NèO ãbqä3t $VJ»sÜãm ( Îûur ÍotÅzFy$# Ò>#xtã ÓÏx© ×otÏÿøótBur z`ÏiB «!$# ×bºuqôÊÍur 4 $tBur äo4quysø9$# !$u÷R$!$# wÎ) ßì»tFtB Írãäóø9$# ÇËÉÈ
“Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan
dunia Ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-
megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak,
seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian tanaman
itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning Kemudian menjadi hancur. dan
di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
menipu.[1]
4.
TAREKAT
Kata tarekat
berasal dari Bahasa Arab”thariqah”,yang berarti jalan, keadaan, aliran, atau
garis pada sesuatu. Menurut Harun Nasutio, tarekat berarti jalan yang harus
ditempuh oleh calon sufi agar Ia berada
sedekat mungkin dengan Allah. Dalam perkembangannya, tarekat kemudian
mengandung arti organisasi. Tiap tarekat memiliki syaikh, upacara ritual, dalam
bentuk zikir sendiri.
Abdul
Hakim Hasan, sebagaimana yang dikutip Simuh menyebutkan bahwa tarekat pada
dasarnya terdiri dari dua bagian. Pertama, mujahadah yang berupa renungan
bathin, sedang yang kedua riyadhah atau
latihan rohani yang ditentukan dan diatur oleh para sufi sendiri. Bagian
pertama yang merupakan renungan bathin merupakan renungan falsafi, yang terdiri
dari mawas diri, penguasaan nafsu-nafsu,pembinaan akhlak mulia (mahmudah), dan
memuncak pada pembersihan hati dan keinginan hanya pada Allah saja. Intinya,
bagian pertama pada dasarnya merupakan kegiatan individual dan elitisme.
Kegiatan ini hanya dapat diikuti oleh orangyang memang punya kemampuan untuk
dapat melakukannya sendiri, dan tidak bisa dilakukan oleh orang awam.
Selanjutnya
aspek kedua lebih bersipat praktis. Ia berisi tekni-teknik meditasi yang
disebut via contemplativa dengan media zikir dan wirid-wirid lain secara
praktis. Oleh karena itulah, aspek kedua lebih memungkinkan untuk diikuti oleh
orang awam secara massal.
Proses
pengawaman dan pemassalan penyebaran ajaran tasawwuf bermula dengan adanya
sejumlah guru tarekat yang berhasil menyusun teknik-teknik zikir dan aturan-aturan
wirid yang kemudian dipergunakan untuk membimbing dan mengajar murid-muridnya.
Untuk selanjutnya bagian kedua inilah yang lebih dikenal sebagai tarekat.[2]
Tarekat
Naqsyabandiyah
Tarekat naqsyabandiyah ini tersebar
luas di Sumatera, Jawa, maupun di Sulawesi (Abu Bakar Aceh : 307). Umpamanya di
Sumatra Barat, di daerah Minangkabau tarekat ini tersiar terutama atas jasa
syekh Ismail al-khalidi al-Kurdi, sehingga terkenal dengan sebutan tarekat
Naqsyabandiyah Khalidiyah.
Tarekat
ini asal mulanya didirikan oleh Mihammad bin Bahauddin al-Uwaisi al-Bukhari
(717 H/1317 M-791 H/1389 M). Ia biasa
disebut Naqsyabandi diambil dari kata Naqsyaband yang berarti tulisa, karena Ia
ahlidalam memberikan lukisan kehidupan yang ghaib-ghaib sebagai mana dibaca dalam
buku The Darvishes karangan J.P Brown.
5.
ILMU
TAFSIR
tentang al-Quran dan tafsirnya
Al-Quran menurut
bahasa yaitu dari al-Lihyani berkata”al-Quran” merupakan kata jadian dari kata
dasar “qara’a(membaca) sebagaimana kata rujhan dan qhufran. Kata jadian ini
kemudian dijadikan sebagai nama bagi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
kita Muhammad SAW. Penamaan ini masuk kedalam kategori”tasmiyah al-maf’ul bi
al-mashdar(penamaan isim maf’ul dengan isim mashdar). Mereka merujuk firman
Allah pada surat al-Qiyamah: 17-18:
¨
¨bÎ) $uZøn=tã ¼çmyè÷Hsd ¼çmtR#uäöè%ur ÇÊÐÈ #sÎ*sù çm»tRù&ts% ôìÎ7¨?$$sù ¼çmtR#uäöè% ÇÊÑÈ
17. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya, apabila kami
Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.
Dan
al-Quran menurut istilah menurut Abu Syahbah yaitu “kitab Allah yang
diturunkan(baik lafaz maupun maknanya)kepada Nabi Muhammad SAW, yang
diriwayatkan secara mutawatir, yakni dengan penuh kepastian dan keyakinan(akan
kesesuaiannya dengan apa yang diturunkan kepada Nabi Muahammad SAW) , yang
ditulis pada mushaf mulai dari awal surat al-Fatihah sampai akhir an-Nas, dan
mendapat pahala membacanya.
proses
diturunkan al-Quran secara berangsu-angsur
Al-Quran diturunkan dalam tempo 22
tahun 2 bulan 22 hari, yaitu mulai malan 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran
Nabi, sampai 9 Dzulhijjah Haji Wada’ tahun 63 dari kelahiran Nabi atau tahun 10
H.
Prises
turunnya al-Quran kapada Nabi Muhammad SAW. Adalah melalui tiga tahap, yaitu
Pertama,al-Quran turun secara sekaligus
dari Allah ke lauh al-mahfuz, yaitu suatu tempat yang merupakan catatan tentang
segala ketentua dan kepastian Allah. Proses
pertama ini diisyaratkan dalam Q.S.al-Buruj(85)ayat 21-22:
ö@t/ uqèd ×b#uäöè% ÓÅg¤C ÇËÊÈ Îû 8yöqs9 ¤âqàÿøt¤C ÇËËÈ
21. Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al
Quran yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.
Diisyaratkan
pula oleh firman Allah surat al-Waqi’ah(56) ayat 77-80:
¼çm¯RÎ) ×b#uäöà)s9 ×LqÌx. ÇÐÐÈ ¼çm¯RÎ) ×b#uäöà)s9 ×LqÌx. ÇÐÐÈ Îû 5=»tGÏ. 5bqãZõ3¨B ÇÐÑÈ w ÿ¼çm¡yJt wÎ) tbrã£gsÜßJø9$# ÇÐÒÈ ×@Í\s? `ÏiB Éb>§ tûüÏHs>»yèø9$# ÇÑÉÈ
77. Sesungguhnya Al-Quran Ini adalah bacaan yang
sangat mulia, pada Kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), tidak menyentuhnya
kecuali orang-orang yang disucikan, diturunkan dari Rabbil 'alamiin.
Tahap kedua, al-Quran diturunkan dari lauh al-mahfuz itu ke bait al-Izzah
(tempat yang berada dilangit dunia). Proses kedua ini diisyaratkan Allah dalam
surat al-Qadar(97) ayat 1:
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû Ï's#øs9 Íôs)ø9$# ÇÊÈ
1.
Sesungguhnya kami Telah menurunkannya
(Al Quran) pada malam kemuliaan[1593].
Tahap
ketiga, al-Quran diturunkan dari bait
al-Izzah kedalam hati Nabi dengan jalan berangsur-angsur sesuai dengan
kebutuhan. Adakalanya satu ayat, dua ayat, dan dan bahkan kadang-kadang satu
surat. Mengenai proses turun dalam tahap ketiga diisyaratkan dalam surat asy-Syu’ara’(26)
ayat 193-195:
tAttR ÏmÎ/ ßyr9$# ßûüÏBF{$# ÇÊÒÌÈ 4n?tã y7Î7ù=s% tbqä3tGÏ9 z`ÏB tûïÍÉZßJø9$# ÇÊÒÍÈ Ab$|¡Î=Î/ <cÎ1ttã &ûüÎ7B ÇÊÒÎÈ
193. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin
(Jibril), kedalam hatimu (Muhammad) agar
kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.
Al-quran
diturunkan kepada Nabi Mauhammad SAW. Melalui malaikat jibril, tidak secara
sekaligus, melainkan turun sesuai dengan kebutuhan. Bahkan, sering wahyu turun
untuk menjawab pertanyaan para sahabat yang dilontarkan kepadaNabi atau untuk
membenarkan tindakan Nabi SWA. Disamping itu, banyak pula ayat atau surat yang
diturunkan tanpa melalui latar belakang pertanyaan atau kejadian tertentu.
Pengetian
tafsir
Kata tafsirdiambildari
kata fassara-yufassiru-tafsiran yang berarti keterangan atau uraian. Ai-Jurjaji
berpendapat bahwa kata tafsir menurut pengertian bahasa adalah “al-kasf wa
al-izhhar” yang artinya menyingkap (membuka) dan melahirkan. Pada dasarnya,
pengertian tafsir berdasarkan bahasa
tidak akan lepas darikandungan makna al-idhah (menjelaskan), al-bayan
(menerangakan), al-kasf (mengungkapkan), al-izhar (menampakkan), dan al-ibanah
(menjelaskan).
Menurut
Syaikh al-Jazairi dalam shahib at-taujih mengatakan: Tafsir pada hakikatnya
adalah menjelaskan lafaz yang sukar dipahami oleh pendengar dengan mengemukakan
lafaz sinonimnya atau makna yang mendekatinya, atau dengan jalan mengemukakan
salah satu dilalah lafaz tersebut.
6.
ILMU HADITS
Mengenal Tentang Hadits
Hadis
adalah sumber hukum Islam yang kedua, yang berarti segala perkataan Nabi Saw, perbuatan, dan
ketetapannya
Macam-macam Sunnah
Sunnah menurut ahli
ushul terbagi kepada tiga macam:
Pertama: Sunnah qauliyah, yaitu
ucapan Nabi yang didengar oleh sahabat beliau dan disampaikannya kepada orang
lain. Umpamanya sahabat menyampaikan bahwa ia mendengare Nabi bersabda, “siapa
yang tidak shalat karna tertidur atau karna terlupa, hendaklah ia mengerjakan
shalat itu ketika ia telah teringat,”
Kedua: sunnah fi’liyah, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad Saw yang dilihat atau diketahui oleh sahabat, kemudian disampaikannya
kepada orang lain dengan ucapannya. Umpamanya sahabat berkata, “saya melihat
Nabi Muhammad Saw melakukan shalat sunnah dua raka’at sesudah shalat dzuhur.”
Ketiga: sunnah taqririyah, yaitu perbuatan seorang sahabat atau
ucapannya yang dilakukan dihadapan atau sepengetahuan Nabi, tetapi tidak
ditanggapi atau dicegah oleh Nabi. Diamnya Nabi itu disampaikan oleh sahabat
yang menyaksikan kepada orang lain dengan ucapannya. Umpamanya seseorang
memakan daging Dhab(biawak arab) didepan Nabi. Nabi mengetahui apa yang
dimakan oleh sahabat itu, tetapi Nabi tidak melarang atau menyatakan keberatan
atas perbuatan itu. Kisah tersebut disampaikan oleh sahabat yang mengetahuinya
dengan ucapannya, “saya melihat seorang sahabat memakan daging Dhab didekat
Nabi. Nabi mengetahui, tetapi Nabi tidak melarang perbuatan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar