BAGIAN II
TABIYAH
ISLAMIYAH
A.
Proses
Berdirinya Tarbiyah Islamiyah
Tarbiyah
Islamiyah adalah suatu
organisasi sosial keagamaan yang didirikan oleh beberapa orang ulama
besar
Sumatera Barat pada tanggal 5 mei 1928 M / 15 zulkaedah 1346 H tempatnya
di
canduang, bukittinggi. Untuk mendirika Tarbiyah Islamiyah ini tentu
tidak akan
mudah, untuk mendirikan suatu lembaga sosial kemasyarakatan sekaligus
menjadi
lembaga pendidikan tentu sangat membutuhkan sosok tokoh yang sangat
berpengaruh
di temngahtengah masyarakat. Untuk itu ada tiga tokoh yang sangat
sentral
untuk mempelopori berdirinya Tarbiyah
Islamiyah ini, yaitu:
a. Maulana
Syekh Sulaiman Ar-Rasuly (Inyiak Canduang)
b. Maulana
Syekh Muhammad Jamil Jaho (Inyiak Jaho)
c. Maulana
Syekh Muhammad Sa’ad Mungka
Sejak awal
Tarbiyah Islamiyah ini
berdiri, para pendirinya sudah menyatakan komitmennya bahwa Tarbiyah
Islamiyah
berpaham kepada paham ahli sunnah
waljama’ah dan untuk mazhab fiqhnya mereka menganut mazhab syafi’i.
Pada
dasarnya pendidikan keagamaan
sudah bejalan cukup lama di ranah minang, tapi pada saat itu masih belum
efektif karna masih berbetuk sistem pendidikan klasik. Oleh karna siklus
dari
reformasi yang dilakoni oleh inyiak canduang, maka beliau melakukan
sebuah
gebrakan untuk membentuk Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI)
Proses
berdirinya madrasah ini
diawali oleh musyawarah antara ulama-ulama yang menganut paham ahlisunnah waljama’ah yang ada di
Sumatera Barat pada tanggal 5 mei 1928. Dan akhirnya pada musyawarah ini
disepakati bahwa ada reformasi sistem pendidikan dari klasik menjadi
sistem Madrasah
Tarbiyah Islamiyah. Ada
beberapa ulama yang menghadiri musyawarah tersebut, diantaranya adalah :
·
Syekh Sulaiman Ar-Rasuly
·
Syekh Abbas Al-Qhadi (Ladang Laweh,
Bukittinggi)
·
Syekh Ahmad (Suliki)
·
Syekh Muhammadjamil Jaho (Jaho, Padang
Panjang)
·
Syekh Abdul Wahid Ash-Sholeh (Suliki)
·
Syekh Muhammad Arifin (Batu Hampar)
·
Syekh Alwi (Koto Nan Ampek, Payakumbuh)
·
Syekh Jalaluddin (Sicincin, Pariaman)
·
Syekh Abdul Madjid (Koto Nan Gadang)
·
Mhs Sulaiman (Bukittinggi)
Seiring
dengan bergantinya waktu
dan melihat perhatian masyarakat yang semakin tinggi terhadap pendidikan
agama
Islam, sehingga dengan waktu relatif singkat berdirilah beberapa
Madrasah
Tarbiyah Islamiah (MTI) di sumatera barat, dan sekarang sudah ada
sekitar 216
MTI yang berdiri di sumatera barat. menurut
urutan tahun berdirinya ada tiga
Madrasah Tarbiyah Islamiah (MTI) yang mula-mula berdiri di Sumatera Barat,
Madrasah Tarbiyah Islamiah (MTI) itu
adalah:
·
MTI CANDUANG di Candung Bukittinggi yang didirikan oleh Syekh Sulaiman Ar-Rasuly pada tahun 1928 M. Tetapi pada
dasarnya pendidikan di sana sudah ada sebelum Madrasah Tarbiyah Islamiah
(MTI)
ini didirikan, karna sebelum itu di candung ini sudah ada pendidikan
pesantren.
Jadi tida berarti dalam tahun 1928 tersebut dimulai kelas satu, malah
pada saat
itu sudah banyak santri yang telah menguasai seluk beluk ajaran agama.
·
MTI JAHO di jaho padang panjang yang
didirikan oleh Syekh Muhammad Jamil Jaho pada tahun 1929 M. sama halnya dengan
Madrasah Tarbiyah Islamiah (MTI) yang pertama di jaho ini juga sudah
terdapat
pengajian-pengajian yang belum formal, tetapi baru di formalkan pada
tahun ini
yaitu dengan berdirinyan Madrasah Tarbiyah Islamiah (MTI) Jaho ini.
·
MTI MALALO di padang laweh malalo yang
didirikan oleh Syekh Zakaria Labia Sati bertepatan
dengan tahun 1930 M. hal ini sesuai
dengan catatan yang tertera pada papan petunjuk nama Pondok Pesantren
Tarbiyah
Islamiyah Malalo.
Dan dalam
rangka keikutsertaan
organisasi Tarbiyah Islamiyah untuk memperkuat perjuangan kemerdekaan
republik
Indonesia maka pada tanggal 28 mei 1930 Syekh Sulaiman Ar-Rasuly
mendirikan
Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI). Pada
dasarnya PERTI hanya sebagai organisasi yang bertujuan untuk
mengumpulkan
kekuatan agar bisa membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia pada waktu
itu.
Namun disebabkan gejolak revormasi yuang terjadi pada tahun 1946 maka
organisasi PERTI beralih fungsi menjadi partai politik yang dipelopori
oleh K.H
Sirajudim Abbas murid dari syekh Sulaiman ar-Rasuli sendiri.
Peralihan
ini terjadi bukan karna
gejolak revormasi pada saat itu saja , tetapi juga ada faktor lain,
seperti
maklumat NO.X/1945 pada bulan november yang dikeluarkan oleh wakil
Presiden
Moh. Hatta (Bung Hatta), yang isinya
mendorong agar semua
masyarakat Indonesia ikut serta
bergabung dengan partai politik, bahkan
dianjurkan untuk membentuk partai
politik demi tegaknya demokrasi di tanah Nusantara tercinta.
Maka dengan
adanya beberapa faktor
tersebut yang membuat K.H Sirajudjin Abbas berinisiatif untuk mendirikan
yang
berbasis tarbiyah islamiah, lalu beliau meminta izin kepada sesepuh atau
para
pendiri Tarbiyah Islamiyah, dan bak Gayung bersambut kata terjawab para
pendiri
pun setuju untuk mendirikan patai tersebut, dengan catatan jangan
meninggalkan
tugas pokoknya yaitu pendidikan, dakwa, kegiatan sosial keagamaan dan
keummatan.
Sehingga
pada bulan desember 1946
melalui KONGRES Tarbiyah Islamiyah di bukittinggi diputuskan persatuan
tarbiya
islamiyah membuat suatu partai yaitu PI PERTI (Partai Islam Persatuan
Tarbiyah
Islamiyah) sekaligus mengangkat K.H. Sirajudin Abbas sebagai ketua
umumnya.
sehingga PERTI pun ikut mengambil andil dalam mempertahankan kemerdekaan
Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Namun
seiring dengan berlalunya
waktu, terjadi perpecahan di dalam tubuh
PI PERTI itu sendiri, karna perebutan kursi kekuasaan dan setelah munculnya perbedaan
pandangan di kalangan internal organisasi ini, apalagi selama 23 tahun
partai
ini berjalan telah meluputkan perhatian pada tujuan semula dalam bidang
pendidikan karena lebih terfokus pada masalah-masalah politik,
Sehingga
hal tersebut
membuat kecewanya para pendiri Tarbiyah
Islamiyah terutama Syekh Sulaiman ar-Rasuly, maka untuk menmyelamatkan
organisasi ini, beliaupun mengambil suatu keputusan dangan mengeluarkan
dekrit
pada tanggal 1 mei 1969 agar PERTI kembalin ke khitahnya sebagai
organisasi
yang bergerak dibidang sosial seperti pada awal berdirinya 1928. Dan nama Partai Islam PERTI diganti
menjadi Persatuan Tarbiyah Islamiyah dan disingkat menjadi tarbiyah
saja.
Akan
tetapi, gagasan kembali ke khittah 1928 yang merupakan pesan-pesan
terakhir
Syekh Sulaiman Ar-Rasuly ini, oleh para pelanjut organisasi Tarbiyah,
diinterpretasi sebagai hanya keharusan organisasi untuk tidak menjadi
partai
politik, bukan tidak berpolitik. Sehingga dalam perkembangannya setelah
tahun
1970an, organisasi Tarbiyah berafiliasi dengan salah satu kekuatan
politik
(yang bukan partai politik), yaitu Golongan Karya. Akhirnya, apa yang
sesungguhnya menjadi keinginan pendiri untuk mengembalikan organisasi
menjadi
organisasi yang berkonsentrasi bagi pengembangan pendidikan Islam,
kembali
menjadi terabaikan. Kesibukan para tokoh organisasi Tarbiyah dalam
mengurusi
soal-soal politik, telah meluputkan perhatian mereka dalam mengembangkan
sistem
pendidikan Madrasah Tarbiyah Islamiyah sendiri. Hingga hari ini kita
menyaksikan trend MTI yang mengalami penurunan grafik secara tajam.
B.
Tujuan
Tarbiyah
Islamiyah
TUJUAN BERDIRINYA MADRASAH TARBIYAH
ISLAMIYAH MALALO
Kalau kita
berbicara mengenai apa tujuan berdirinya Pondok Pesantren Tarbiyah
Islamiyah
Malalo, tentu saja kita akan mendapat jawabannya melalui Mars Tarbiyah
yang
selalu dinyanyikan oleh santi/santriwati yaitu WUJUDNYA TARBIYAH
adalah
untuk mendidik manusia dengan ilmu berlaku baik beramal shaleh,melarang
kita
berbuat dosa di dunia ini.Untuk lebih jelasnya izinkanlah kami
menyampaikan
butir-butir dari tujuan berdirinya sebagai berikut :
1. Kita
harus melanjutkan sistem pendidikan Rasulullah sehingga umat Islam
benar-benar
dapat hadir sebagai sosok manusia yang memiliki kekuatan vital untuk
membangun
peradaban manusia yang di redhai Allah SWT.
2. Membentuk
moralitas muslim sejati dengan harapan semoga terdapatnya suatu zaman
yang
disana akan lahir nanti para muslim dengan kepribadiannya yang cemerlang
sehingga mampu menghadirkan zaman keemasan bagi Islam kembali.
3. Untuk
meningkatkan ketaqwaan dan mempertebal iman pada Allah Swt, kecerdasan,
keterampilan, mempertinggi budi perkerti dan mempertebal semangat
keagamaan.
4. Mendalami
ajaran islam Ahlussunnah wal jam’ah bermazhab Syafri’ah.
5. Menghindarkan
umat islam terjerumus ke dalam tradisi-tradisi jahiliyah bahkan
bertentangan
dengan ajaran tauhid, iman mereka luntur dan kabur.
6. Membantu
pemerintah dalam membangun mental seperti termuat dalam GBHN “Pendidikan
itu
mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia
Pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggungjawab atas pembangunan bangsa”.
7. Ikut
serta melaksanakan tujuan pendidikan seperti yang disarankan oleh
pemerintah
yaitu “ membentuk manusia Indonesia yang berilmu pengetahuan, berakhlak
mulia
serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”.
8. Membantu
pemerintah membebaskan Bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan bangsa
lain
sebelum Indonesia merdeka seperti mengusir bangsa Jepang dan Belanda
yang tidak
berperikemanusiaan pada zaman dahulu.
9. Menyalurkan
aspirasi masyarakat dan minat belajar yang tinggi dalam mendalami ajaran
islam
yang dibawa oleh Rasulullah yang bersumberkan Al-Qur’an,Hadist,Ijma’dan
Qiyas
apalagi sekarang sudah banyak hukum-hukum islam menjadi beku tersudut
dan tak
berlaku.
10.
Juga merupakan wadah bagi masyarakat
yang
ekonomi lemah khususnya di Malalo yang tidak bisa menyerahkan anaknya ke
sekolah di luar Malalo.
11.
Mengangkat derajat manusia yang rendah
dari pandangan mata manusia yang mendewakan kekayaan dan pangkat,
menjadi
manusia yang berilmu pengetahuan agama yang bisa menyelamatkannya dunia
akhirat.
Selain tujuan
yang telah
dicantumkan di atas, ada beberapa keinginan lagi yang hendak dicapai
oleh
Tarbiyah Islamiyah, diantara tujuan yang sangat luhur itu, baik untuk
diri
pribadi atau untuk kehidupan berkeluarga dan masyarakat serta bangsa dan
tentunya untuk agama Islam.Tujuan tertinggi dari Tarbiyah Islamiyah
adalah
membentuk manusia yang baik dan bettaqwa kepada Allah, sebagaimana
ungkapan Al
Qur'an:
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.s 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© @ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ×Î7yz ÇÊÌÈ
Artinya: Hai
manusia,
Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui
lagi Maha Mengenal. (Al Hujurat: 13).
Sedangkan
tujuan
Tarbiyah Islamiyah secara umum adalah, “Menciptakan keadaan yang
kondusif bagi manusia untuk hidup di dunia secara lurus dan baik, serta
hidup di akhirat dengan naungan ridha dan pahala Allah SWT”.
Bagi kalangan
santri,
tujuan Tarbiyah Islamiyah apabila dijabarkan ada beberapa bagian penting
sebagai berikut:
1. Tujuan
Tarbiyah untuk Kepribadian (individu)
Tujuan
tarbiyah
Islamiyah pada dasarnya ditujukan kepada diri pribadinya terlebih
dahulu,
sebelum akhirnya nanti memberikan kontribusi bagi yang lain. Adapun
tujuan
Tarbiyah bagi pribadi santri adalah:
a. Membentuk
seorang Muslim yang sempurna
Tujuan
Tarbiyah yang
pertama kali adalah membentuk kepribadian sebagai muslim yang paripurna.
Seluruh aspek kemanusiaan muslim hendaknya ditumbuhkan sehingga akan
melahirkan
potensi yang optimal. Baik segi ruhaniyah (spiritual), fikriyah
(intelektual),
khuluqiyah (moral), jasadiyah (fisik), dan amaliyah (operasional).
Menurut
Syaikh Hasan Al
Banna, kepribadian Islam meliputi sepuluh aspek, meliputi hal-hal
sebagai
berikut:
Salimul
Aqidah. Setiap individu dituntut untuk memiliki kelurusan aqidah
yang hanya
dapat mereka peroleh melalui pemahaman terhadap Al Qur’an dan As Sunnah.
Shahihul Ibadah. Setiap
individu dituntut untuk beribadah sesuai dengan tuntunan syari’at. Pada
dasarnya ijtihad bukanlah hasil ijtihad seseorang karena ibadah tidak
dapat
diseimbangkan melalui penambahan, pengurangan, atau penyesuaian dengan
kondisi dan kemajuan zaman.
Matinul Khuluq. Setiap
individu dituntut untuk memiliki ketangguhan akhlaq sehingga mampu
mengendalikan hawa nafsu dan syahwat.
Qadirun alal Kasbi. Setiap
individu dituntut untuk mampu menunjukkan potensi dan kreativitasnya
dalam
kebutuhan hidup.
Mutsaqaful Fikri. Setiap
individu dituntut untuk memiliki keluasan wawasan. Ia harus mampu
memanfaatkan
setiap kesempatan untuk mengembangkan wawasan.
Qawiyul Jismi. Setiap
individu dituntut untuk memiliki kekuatan fisik melalui sarana-sarana
yang
dipersiapkan Islam.
Mujahidun linafsihi. Setiap
individu dituntut untuk memerangi hawa nafsunya dan mengokohkan diri di
atas
hukum-hukum Allah melalui ibadah dan amal shalih. Artinya, setiap
pribadi
dituntut untuk berjihad melawan bujuk rayu setan yang menjerumuskan
manusia ke
dalam kebathilan dan kejahatan.
Munazhamun fi
Syu’uniha. Setiap individu dituntut untuk mampu mengatur segala
urusannya sesuai dengan aturan Islam. Pada dasarnya segala pekerjaan
yang tidak
teratur hanya akan berakhir pada kegagalan.
Harisun ala Waqtihi. Setiap
individu dituntut untuk mampu memelihara waktunya sehingga akan
terhindar dari
kelalaian. Setiap individu juga dituntut untuk mampu menghargai waktu
orang
lain sehingga tidak akan membiarkan orang lain melakukan kesia-siaan.
Nafi’un li Ghairihi. Setiap
individu harus menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain.
Tarbiyah bagi
seorang muslim hendaknya mampu menumbuh
kembangkan berbagai sifat positif dalam kepribadian, sehingga lahirlah
pribadi
mempesona, buah dari proses tarbiyah yang berkesinambungan.
b. Membentuk
seorang Da’i yang handal
Setelah
kepribadian
Islam pada diri seorang muslim terbentuk, mereka harus dipersiapkan pula
untuk
menjadi aktifis dakwah atau seorang da’i. Islam tidak hanya menuntut
seseorang
untuk sholeh secara individual, akan tetapi juga sholeh secara sosial.
Untuk
itulah tarbiyah menghantarkan seorang mulsim untuk memiliki kepribadian
sebagai
da’i yang aktif mengajak masyarakat melakukan kebaikan dan mencegah
mereka dari
keburukan.
Allah Ta’ala
menyebutkan
amar ma’ruf dan nahi munkar sebagai karakter pokok laki-laki dan
perempuan yang
beriman :
“tbqãZÏB÷sßJø9$#ur àM»oYÏB÷sßJø9$#ur öNßgàÒ÷èt/ âä!$uÏ9÷rr& <Ù÷èt/ 4 crâßDù't Å$rã÷èyJø9$$Î/ tböqyg÷Ztur Ç`tã Ìs3ZßJø9$# cqßJÉ)ãur no4qn=¢Á9$# cqè?÷sãur no4qx.¨9$# cqãèÏÜãur ©!$# ÿ¼ã&s!qßuur 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNßgçHxq÷zy ª!$# 3 ¨bÎ) ©!$# îÍtã ÒOÅ3ym ÇÐÊÈ
Artinya:
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah)
menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh
(mengerjakan) yang
ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat
dan
mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh
Allah;
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(At Taubah 9 : 71).
c.
Memberikan
pelatihan
amal dan pengalaman
Seorang
santri Tarbiyah
juga diharapkan memberikan pelatihan (tadrib) amal dan pengalaman
(tajribah) di
lapangan. Mereka harus mendapatkan
pelatihan amal yang memungkinkannya memiliki penguasaan medan yang
bagus.
Pelaku dakwah harus memiliki pengalaman yang luas dan penguasaan yang
matang,
sehingga berbagai amanah bisa dikerjakan dengan optimal.
Tarbiyah
bukan hanya
berbentuk forum kajian keilmuan, akan tetapi ia juga praktek di
lapangan.
Mereka dilatih dengan penunaian tugas-tugas dakwah,. Selain itu juga
dilibatkan
dalam kegiatan kepanitiaan ataupun kelembagaan, sehingga memiliki
pengalaman
yang luas dalam berbagai medan dakwah.
Kepanitiaan
dalam suatu
kegiatan tertentu penting untuk melatih mereka
agar memiliki kemampuan beramal jama’i. Selain itu juga penting
untuk
menumbuhkan ruh ukhuwah dan ruh berjama’ah untuk mereka kembangkan dalam
lingkungan masyarakat, menumbuhkan rasa tanggung jawab dan amanah. Dan
Untuk
melatih kemampuan berorganisasi, merancang kegiatan, berinteraksi dengan
berbagai macam kalangan dan sifat manusia, maka aktivitas dalam
kepengurusan
sebuah organisasi adalah sarana pelatihan yang amat baik.
2. Tujuan
Tarbiyah bagi Masyarakat
Tarbiyah
Islamiyah bagi
para santri bukan hanya bertujuan untuk
kebaikan diri dan keluarganya, akan tetapi juga memiliki tujuan yang
lebih luas
lagi yaitu untuk masyarakat. Tarbiyah Islamiyah
tidak akan mencetak sosok pribadi yang puritan, anti sosial, dan
tidak
mengenal masyarakat. Justru diharapkan dengan tarbiyah Islamiyah akan
mengoptimalkan peran-peran penting di tengah komunitas masyarakat.
Di antara
tujuan
tarbiyah Islamiyah dalam kaitannya
dengan masyarakat adalah Menumbuhkan kepekaan dan
jiwa sosial
Tarbiyah bertujuan untuk
membentuk seorang muslim yang memiliki
kepekaan dan jiwa sosial, yang menyebabkan mereka tanggap terhadap
problematika
sosial kemasyarakatan. Mereka nantinya diharapkan menjadi pekerja sosial
yang handal untuk menyelesaikan
permasalahan keumatant. Mereka dilarang berpangku tangan apabila melihat ketidakbaikan ditengah-tengah masyarakat.
Kepekaan dan
jiwa sosial
ini memang harus senantiasa diasah agar tidak tumpul, dengan sebuah
proses
tarbiyah. Dengan demikian tarbiyah bukanlah proses yang eksklusif dengan
perhatian yang senantiasa ke dalam diri sendiri, akan tetapi bermuatan
inklusif
dengan perhatian terhadap kehidupan sosial masyarakat.
SEJARAH BERDIRINYA
PONDOK PESANTREN TARBIYAH
ISLAMIYAH MALALO
Pada dasarnya sejarah
berdirinya Madrasah Tarbiyah Islamiyah Malalo
(sekarang Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Malalo atau PPTI Malalo)
itu
secara garis besarnya memiliki dua periode, sebagaiman sejarah bangsa
Indonesia. Karna berdirinya Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Malalo itu
terjadi pada saat Indonesia masih dalam keadaan terjajah oleh bangsa
asing,
hingga sekarang setelah Indonesia merdeka.
Karna berdirinya MTI
Malalo didua periode yang berbeda, dan memiliki permasalahan atau
kahidupan
masyaraka yang berbeda pula, sehingga sejarah perjuangan berdirinya MTI
Malalo
juga akan memiliokji perbedaan antara sebelum kemerdaan dan sesudah
kemerdekaan.
A.
Tarbiyah Islamiyah Malalo
Sebelum Indonesia Merdeka
Jauh
sebelum berdirinya Madrasah Tarbiyah Islamiyah di malalo, masyarakat
yang hidup
di pinggir danau Singkarak dan sekalis berada di bawah kaki bukit patah
gigi
ini sudah merasakan kebutuhan mereka terhadap ilmu agama, sehingga hal
tersebutlah yang menuntun mereka untuk selalu berusaha mendalami ilmu agama.
pada
awalnya mereka mempelajari ilmu agama di mesjid-mesjid, atau di
surau-surau dan
rumah-rumah penduduk. Salah satu kegiatan yang rutin dilakukan masyarakat setempat adalah wirid atau
pengajian, kegiatan ini sudah menjadi budaya yang
selalu dilestarikan bagi
masyarakat malalo yang tentunya beradat pada adat Minangkabau, karna
mereka
selalu menyadari filosofi adat minangkabau bahwa “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.” Dan hal tersebut tidak akan bisa mereka bantah lagi.
Tapi
wirid yang dilakukan tersebut masih belum memuaskan keinginan
masyarakat, karna
wirid tersebut belum mempelajari kajian agama yang menedalam. Apalagi
melihat
apresiasi masyarakat yang semakin tinggi terhadap pendidikan ilmu agama,
sehingga timbullah suatu gagasan dari pemuka
masyarakat setempat , alim ulama serta cerdik pandai untuk mendirikan
sebuah
sekolah agama di Nagari Malalo.
Melalui
kerja sama seluruh lapisan anggota masyarakat akhirnya Alhamdulillah
sebuah
sekolah yang diberi nama Madrasah
Tarbiyah Islamiyah berdiri di Malalo pada tahun 1930 M tepatnya
di dusun
padang laweh. Madrasah ini dipimpin oleh Yarhamukallah Abuya Syech
H.Zakaria
Labai Sati. Abuya sangat dikenal oleh masyarakat sebagai seorang ulama
yang
mempunyai pandangan basyirah yang
dalam, hingga banyak sekali masalah agama yang belum tahaqiq
serta menjadi perdebatan ditengah-tengah masyarakat beliau
selesaikan. Beliau juga seorang tokoh yang berani mempertahankan
kebenaran
meski apapun halangannya, asal masih dijalan Allah tidak
pernah merasa takut untuk melakukannya, dan
hal tersebut yang seharusnya kita contoh. Serta bantuan oleh
guru-guru yang lain seperti Abuya
Dt.Pangulu Kayo dan Engku Lukman Hakim.
tahun
demi tahun Madrasah ini semakin populer ditengah-tengah masyarakat.
Terbukti
dengan banyaknya santri yang berdatangan yang berdatangan ke Madrasah
ini
tentunya dengan tujuan menuntut ilmu agama. Santri tersebut berasal dari
berbagai daerah di Indonesia, seperti
Palembang, Tapanuli, Pekanbaru, Jawa Timur, Tanjung Pinang, Bengkulu,
Aceh, serta dari Sumatra
Barat sendiri.
Tetapi
berdirinya Madrasah ini tentu tidak akan semudah yang kita bayangkan,
karna
pada saat itu daerah Nusantara masih dalam jajahan pemerintahan Belanda.
Tentu
proses belajar mengajar akan sangat terganggu dengan keadaan yang
seperti ini.
Semakin
tahun jumlah santri semakin banyak,dengan keadaan tersebut tentu
Madrasah
memerlukan pemondokan untuk sarana tinggal mereka selama belajar di
Madrasah
ini.Maka dibangunlah sebuah Mushalla yang dikenal dengan sebutan Surau
Tinggi
sebagai tempat tinggal Kepala Sekolah sekaligus Asrama Putri.Sementara
untuk
putranya di tampung dirumah-rumah penduduk yang berada di sekitar nagari
padang
laweh Malalo bahkan sampai ke nagari tetangga karna meluapnya santri di Madrasah Tarbiyah Islamiyah, dan hal
ini dilakukan dengan penuh rasa kekeluargaan. Karna semua warga juga
memberikan
dukungan yang sangat tinggi untuk Madrasah
Tarbiyah Islamiyah padang laweh
malalo ini.
Di
Madrasah ini santri dididik selama 7 (tujuh ) tahun,tingkat pertama 4
(empat)
tahun dengan menerima ijazah TSANAWIYAH
dan tingkat keduanya 3 ( tiga ) tahun dengan menerima ijazah ALIYAH.
Selama
masa pendidikan, para santri yang berprestasi ditugaskan untuk mengajar
adik-adik kelasnya pada malam hari. Kegiatan ini dilakukan para santri
tanpa
pamrih, semata-semata bertujuan menyumbangkan ilmu yang sudah didapat
dan
menambah mantapnya ilmu tersebut serta mendidik mereka untuk menjadi pemimpin ditengah-tengah masyarakat
mereka nantinya. Hingga sekarang tradisi seperti ini masih tetap
dipertahankan.
Alumni
Madrasah Tarbiyah Islamiyah ini banyak yang diminta oleh masyarakat
kepada
Abuya untuk menjadi tenaga pengajar di daerah mereka. Mengingat pada
zaman itu
tenaga guru agama masih sangat dibutuhkan dan Negara Indonesia ini masih
dibawah kendali pemerinthan kolonial Belanda. Akibatnya alumni-alumni
Madrasah
ini banyak tersebar keberbagai penjuru Nusantara. Hal tersebut secara
tidak
langsung menambah harumnya nama Madrasah Tarbiyah Islamiyah
B.
Tarbiyah Islamiyah Malalo
Setelah Indonesia Merdeka
Kita
telah banyak mendengar dan mengetahui betapa sengsaranya orang tua kita
yang hidup dimasa pemerintahan kolonial
Belanda, karna selalu ditindas bahkan disiksa terus menerus
hanya untuk bangsa lain yaitu bangsa
Belanda yang pada saat itu mereka menyebut masyarakat sebagai bengsa inlanders yang artinya bangsa
jajahan,tetapi dengan
keadaan yang seperti itu mereka masih mampu untuk memperjuangkan
pendidikan di
atas bumi Indonesia ini, seperti para pejuang Madrasah Tarbiyah
Islamiyah, yang
selalu berusaha terus- menerus untuk menegakkan panji-panji pendidikan
agama
Islam di Negara Indonesia terutama di ranah alam Minangkabau.
Hasil
perjuangan mereka tersebut bias kita lihat
setelah Indonesia mampu merebut kemerdekanya, contohnya saja
ratusan
alumni Madrasah Tarbiyah Islamiyah yang mereka tempa selama di madrasah
mampu
untuk membantu pemerintahan Indonesia diinstansi-instansi pemerintahan
dan
swasta bahkan banyak pula yang mendirikan Madrasah didaerah kelahiran
mereka,seperti:
Ø Abuya Zamzami di Sengkel –
Aceh
Ø Abuya Ibrahim di Lamno –
Aceh
Ø Abuya Adul Aziz – Calang
Ø Engku Bakhtiar di Kampar –
Riau
Ø Abuya Ali Imran di
Pariaman – Sumatra Barat
Ø Muhibbittibri di Aek Nopan
– Sumatra Utara
Juga banyak yang
menjadi pimpinan Jama’ah tariqat dan Majlis Ta’lim,seperti:
Ø Nuryamsi pimpinan jamah di
Teluk Kuantan
Ø Abdul Hamid pimpinan
jamaah di Riau
Ø Abdul Gafar pimpinan di
jamaah Riau
Ø Bahauddin pimpinan jamaah
di Singkel
Ø Engku Karim pimpinan
jamaah di Tanjung Barulak
Namun
untuk mencetak ornag seperti di atas tidak bisa lakukan begitu saja,
karena
dalam prosesnya Madrasah Tarbiyah Islamiah Malalo pernah ditutut dan
dibuka
kembali oleg Buya labai Sati karena beberapa hal atau kondisi yang
menuntut
untuk menutupnya. Seperti pada tahun 1959 sampai 1962 M Madrasah harus
ditutup
karena pergolakan PRRI yang sangat parah di daerah Sumatera Tengah pada
waktu
itu. Dan pada watu itu Buya pergi ke Aceh tepatnya ke daerah Labuan
Haji, Mukek
nama kempung kecilnya. Dan tepat pada tanggal 1 syafar 1962 M Buya kembali ke Malalo dan Madrasah kembali
dibuka. Pada saat itulah Buya ditawarkan untuk kerja di pemerintahan,
namun
Buya menolaknya.
Semenjak
itu kegiatan belajar mengajar semakin ditingkatkan oleh Buya, baik yanh
bersifat internal ataupun yang bersifat eksternal, seperti pada setiap
selasa
ba’da magrib selalu wirid besar atau tabliq akbar di mesjid Nurul Huda
Padang
Laweh. Penceramahnya selalu bergantian yang di ambil dari para santri
Madrasah
dan selalu ditutup dengan penyampaian ceramah dari Buya sendiri.Dan
selalu
diadakan kegiatan suluk di Surau tinggi menimal dua kali setahun.
Dan
pada tahun 1968 M tepatnya pada har
jum’at kegiatan belajar mengaajat kembali terganggu kerena terjadi badai
besar
yang membuat atap sekolah rusak, namun pada waktu itu kegiatan belajar
mengajar
tidak berhenti secara total seperti masa PRRI kerena proses belajar
mengajar
masih dilakukan di tempat-tempat lainnya. Yang pada tahun itu Buya pergi
ke
Aceh untuk mencari dana untuk memperbaiki sekolah yang rusak tersebut,
namun di
perjalanan pulang Buya menghadapi Bahaya yang bembuat Buya terdampar di
Pulau
Dun-dun.
Tahun
demi tahun santri Madrasah ini kian bertambah jumlahnya sehingga sarana
pendidikan yang tersedia tidak mampu lagi menampung para santri.Pada
tahun 1996
M,diatas sebidang tanah wakaf dibangunlah 7 ( tujuh ) lokal ruang
belajar
dengan dana swadaya masyarakat serta bantuan pemerintah.Kegiatan
pembangunan
lokal ini dilaksanakan oleh masyarakat dan santri secara gotong royong.
Dalam
masa jayanya,pendidikan di Madrasah ini laksana obor yang menerangi
kegelapan
malam.Namun pada masa itu pula datang cobaan yang sangat berat bagi
kelangsungan pendidikan di Madrasah ini.Dimana pada tahun 1973
M.Abuya selaku pendiri tulang
punggung Madrasah berpulang ke Rahmatullah.Dapat kita bayangkan betapa
haru dan
sedihmya suasana yang menyelimuti Madrasah ini pada waktu itu.
Sepeninggalan
Abuya kepemimpinan Madrasah ini dilanjutkan oleh Tengku
Datuak Tianso Nan Putiah. Namun kepemimpinam beliau tidak
berjalan lama,pada tahun itu juga kepemimpinan tersebut beliau serahkan
kepada
putra sepupu Abuya yaitu Tengku M.Yunus.
Beliau memimpin Madrasah ini dalam waktu yang tidak begitu lama,karena
tidak
lama berselang kepemimpinan ini pun beliau serahkan kepada Abuya yaitu Tengku Aidarus Z. Seperti Tengku
M.Yunus, Engku Aiduris Z juga
menyerahkan kepemimpinan madrasah ini pada Ustadz
Samsuardi. Masa pergantian kepemimpinan yang silih berganti
ini terjadi selama satu tahun setelah
kepergian Abuya Syech H. Zakaria Labai Sati.
Pada
akhir tahun 1974 M
kepemimpinan madrasah ini dipercayakan kepada putri Abuya Nur’aini
Z. Dengan penuh keyakinan
kepada kekuasaan Allah SWT untuk melanjutkan amanah dari para pendiri
Madrasah,beliau melanjutkan perjuangan Madrasah ini dengan gigih dan
pantang
menyerah meskipun banyak hal yang beliau hadapi dimasa-masa
kepemimpinannya.Dengan dibarengi semangat
kerjasama dengan pengurus,majlis guru dan masyarakat yang terukir
dalam
sebuah tekad untuk tidak akan membiarkan Madrasah ini mati atau tutup
kecuali
bila memang sudah ditakdirkan Allah SWT,perlahan-lahan laju pendidikan
di
Madrasah mulai bangkit lagi dari keterpurukkannya sepeninggalan Abuya.
Masa
kebangkitan Madrasah Tarbiyah Islamiyah ini kembali mendapatkan cobaan
dengan
berpulangnya ibunda Nur’aini Z
ke Rahmatullah,tepatya pada tanggal 26
September 1986 M .Kepemimpinan di tubuh Madrasah pun otomatis
menjadi
lumpuh.
Menanggapi
keadaan ini para pemuka masyarakat mengadakan musyawarah guna mencari
pengganti
Ibunda Nur’aini Z untuk
melanjutkan jalannya pendidikan di Madrasah ini musyawarah ini menemukan
kata sepakat meminta kesedian Abuya
H. Thaharuddin Labai Sutan untuk melanjutkan jalannya roda
pendidikan
Madrasah.Syukur Alhamdulillah permintaan masyarakat ini dapat beliau
penuhi
karena beliau sangat mencintai Madrasah dimana beliau pernah di
tempa,meskipun
pada saat itu beliau sedang bertugas menjadi Kepala Sekolah sebuah
Madrasah di Tingkarang-Rao Mapattunggul
Kabupaten Pasaman.Penugasan untuk menjadi guru di
daerah ini beliau jalani karena perintah dari Abuya Syech
H. Zakaria Labai Sati untuk memenuhi permintaan
masyarakat daerah tersebut.
Abuya H.Thaharuddin
dilantik sebagai kepala sekolah
Madrasah Tarbiyah Islamiyah oleh
BUPATI TANAH DATAR Ikasuma Hamid
dan di hadiri pula oleh
Pembantu Gubenur Wilayah II Hasan Basri
pada akhir tahun 1986 M.
Tahun
1987 M adalah tahun dimana Abuya
dihadapkan pada tantangan budaya modern yang sangat mempengaruhi minat
orang
tua untuk menyerahkan anaknya ke sekolah agama atau madrasah.Ditambah
lagi
dengan sarana belajar yang tidak mendukung serta pemondokan santri yang
sudah
tidak layak pakai karena di telan usia.Tantangan dan kekurangan yang ada
memacu
semangat Abuya untuk membuat Madrasah ini tetap berkiprah
ditengah-tengah
masyarakat.
Pada
tanggal 28 Desember 1988 M
Madrasah ini resmi menjadi PONDOK PESANTREN dengan nama PONDOK PESANTREN TARBIYAH
ISLAMIYAH MALALO yang diresmikan oleh
Gubernur Sumatra Barat Azwar Anas.
Dalam
perjalanan kepemimpinan Abuya H.
Thaharuddin Labai Sutan, santri
di pesantren ini tahun ke tahun terus bertambah jumlahnya hingga
mencapai 300
orang. Mengingat peran ganda yang dijalani Abuya selama ini sebagai
pengurus
pendidikan sekaligus pengurus pembangunan.
Maka
saat ini pembenaan fasilitas pendidikan
adalah terfokus kepada pembangunan mengingat sarana dan prasarana yang
ada
sekarang tidak memadai lagi bila diukur dari angka pertumbuhan jumlah
santri
pertahunnya.
Saat
ini sarana yang dimiliki pesantren adalah:Lahan seluas 5,348 M2,1 buah
Mushalla
(20x18) M2 ( sudah hancur karena bencana Gempa ), Asrama putri (25x11)
M2, Asrama
putra (20x11) M2,4 lokal permanent, 7 lokal semi permanent (sudah tidak
layak
pakai ).
Dan
seiring bergantinya tahun demi tahun Abuya yang dulunya sehat dalam
menjalankan
aktifitasnya sebagai Pimpinan sekarang kesehatan Beliau telah
berkurang.Maka
supaya kegiatan sekolah ini tetap berjalan lancar,maka Bagian TSANAWIYAH diserahkan kepada Dra. Sriwati begitu juga dengan ALIYAH
diserahkan kepada Zulmas,S.Pd.I.
Sementara Abuya hanya sebagai Pimpinan Pondok.
Tapi
semakin hari kesehatan Abuya semakin menurun dan tidak dapat
melaksanakan tugas
Beliau dengan sepenuhnya.Untuk itu Abuya berinisiatif menyerahkan
kepemimpinan
Beliau kepada orang yang bisa mengantikan Abuya dengan baik.
Maka
disepakati Kepemimpinan Abuya diserahkan kepada putra kandung Almarhum Abuya H. Zakaria Labai Sati.
Yaitu Izzuddin Datuak Panduko Nan Banso yang bertepatan
dengan tanggal 4
Dzulhijjah 1432 H/11 Desember 2010 M. Dan pengukuhan Kepemimpinan tersebut dilaksanakan
tanggal 27
Muharram 1432 H/2 januari 2011 M
yang disaksikan oleh seluruh masyarakat dan para alumni. Untuk mendukung
Kepemimpinan ini supaya kegiatan sekolah berjalan dengan lancar maka di
bentuklah struktur kepegurusan Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah
Malalo
sebagai berikut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar