Sabtu, 10 November 2012

sejarah tarbiyah islamiyah


BAGIAN  II
TABIYAH ISLAMIYAH
A.   Proses Berdirinya Tarbiyah Islamiyah
Tarbiyah Islamiyah adalah suatu organisasi sosial keagamaan yang didirikan oleh beberapa orang ulama besar Sumatera Barat pada tanggal 5 mei 1928 M / 15 zulkaedah 1346 H tempatnya di canduang, bukittinggi. Untuk mendirika Tarbiyah Islamiyah ini tentu tidak akan mudah, untuk mendirikan suatu lembaga sosial kemasyarakatan sekaligus menjadi lembaga pendidikan tentu sangat membutuhkan sosok tokoh yang sangat berpengaruh di temngahtengah masyarakat. Untuk itu ada tiga tokoh yang sangat sentral untuk  mempelopori berdirinya Tarbiyah Islamiyah ini, yaitu:
a.      Maulana Syekh Sulaiman Ar-Rasuly (Inyiak Canduang)
b.     Maulana Syekh Muhammad Jamil Jaho (Inyiak Jaho)
c.      Maulana Syekh Muhammad Sa’ad Mungka
Sejak awal Tarbiyah Islamiyah ini berdiri, para pendirinya sudah menyatakan komitmennya bahwa Tarbiyah Islamiyah berpaham kepada paham ahli sunnah waljama’ah dan untuk mazhab fiqhnya mereka menganut mazhab syafi’i.
Pada dasarnya pendidikan keagamaan sudah bejalan cukup lama di ranah minang, tapi pada saat itu masih belum efektif karna masih berbetuk sistem pendidikan klasik. Oleh karna siklus dari reformasi yang dilakoni oleh inyiak canduang, maka beliau melakukan sebuah gebrakan untuk  membentuk Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI)
Proses berdirinya madrasah ini diawali oleh musyawarah antara ulama-ulama yang menganut paham ahlisunnah waljama’ah yang ada di Sumatera Barat pada tanggal 5 mei 1928. Dan akhirnya pada musyawarah ini disepakati bahwa ada reformasi sistem pendidikan dari klasik menjadi sistem Madrasah Tarbiyah Islamiyah. Ada beberapa ulama yang menghadiri musyawarah tersebut, diantaranya adalah :
·        Syekh Sulaiman Ar-Rasuly
·        Syekh Abbas Al-Qhadi (Ladang Laweh, Bukittinggi)
·        Syekh Ahmad (Suliki)
·        Syekh Muhammadjamil Jaho (Jaho, Padang Panjang)
·        Syekh Abdul Wahid Ash-Sholeh (Suliki)
·        Syekh Muhammad Arifin (Batu Hampar)
·        Syekh Alwi (Koto Nan Ampek, Payakumbuh)
·        Syekh Jalaluddin (Sicincin, Pariaman)
·        Syekh Abdul Madjid (Koto Nan Gadang)
·        Mhs Sulaiman (Bukittinggi)
Seiring dengan bergantinya waktu dan melihat perhatian masyarakat yang semakin tinggi terhadap pendidikan agama Islam, sehingga dengan waktu relatif singkat berdirilah beberapa Madrasah Tarbiyah Islamiah (MTI) di sumatera barat, dan sekarang sudah ada sekitar 216 MTI yang berdiri di sumatera barat. menurut  urutan tahun berdirinya  ada tiga Madrasah Tarbiyah Islamiah (MTI)  yang mula-mula berdiri di Sumatera Barat, Madrasah Tarbiyah Islamiah (MTI) itu adalah:
·        MTI CANDUANG di Candung Bukittinggi  yang didirikan oleh Syekh Sulaiman Ar-Rasuly pada tahun 1928 M. Tetapi pada dasarnya pendidikan di sana sudah ada sebelum Madrasah Tarbiyah Islamiah (MTI) ini didirikan, karna sebelum itu di candung ini sudah ada pendidikan pesantren. Jadi tida berarti dalam tahun 1928 tersebut dimulai kelas satu, malah pada saat itu sudah banyak santri yang telah menguasai seluk beluk ajaran agama.
·        MTI JAHO di jaho padang panjang yang didirikan  oleh Syekh Muhammad Jamil Jaho pada tahun 1929 M. sama halnya dengan Madrasah Tarbiyah Islamiah (MTI) yang pertama di jaho ini juga sudah terdapat pengajian-pengajian yang belum formal, tetapi baru di formalkan pada tahun ini yaitu dengan berdirinyan Madrasah Tarbiyah Islamiah (MTI) Jaho ini.
·        MTI MALALO di padang laweh malalo yang didirikan oleh Syekh Zakaria Labia Sati bertepatan dengan  tahun 1930 M. hal ini sesuai dengan catatan yang tertera pada papan petunjuk nama Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Malalo.
Dan dalam rangka keikutsertaan organisasi Tarbiyah Islamiyah untuk memperkuat perjuangan kemerdekaan republik Indonesia maka pada tanggal 28 mei 1930 Syekh Sulaiman Ar-Rasuly mendirikan Persatuan Tarbiyah  Islamiyah (PERTI). Pada dasarnya PERTI hanya sebagai organisasi yang bertujuan untuk mengumpulkan kekuatan agar bisa membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia pada waktu itu. Namun disebabkan gejolak revormasi yuang terjadi pada tahun 1946 maka organisasi PERTI beralih fungsi menjadi partai politik yang dipelopori oleh K.H Sirajudim Abbas murid dari syekh Sulaiman ar-Rasuli  sendiri.
Peralihan ini terjadi bukan karna gejolak revormasi pada saat itu saja , tetapi juga ada faktor lain, seperti maklumat NO.X/1945 pada bulan november yang dikeluarkan oleh wakil Presiden Moh. Hatta (Bung Hatta), yang isinya  mendorong agar semua  masyarakat  Indonesia ikut serta bergabung dengan partai  politik,  bahkan dianjurkan untuk membentuk partai politik demi tegaknya demokrasi di tanah Nusantara tercinta.
Maka dengan adanya beberapa faktor tersebut yang membuat K.H Sirajudjin Abbas berinisiatif untuk mendirikan yang berbasis tarbiyah islamiah, lalu beliau meminta izin kepada sesepuh atau para pendiri Tarbiyah Islamiyah, dan bak Gayung bersambut kata terjawab para pendiri pun setuju untuk mendirikan patai tersebut, dengan catatan jangan meninggalkan tugas pokoknya yaitu pendidikan, dakwa, kegiatan sosial keagamaan dan keummatan.
Sehingga pada bulan desember 1946 melalui KONGRES Tarbiyah Islamiyah di bukittinggi diputuskan persatuan tarbiya islamiyah membuat suatu partai yaitu PI PERTI (Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islamiyah) sekaligus mengangkat K.H. Sirajudin Abbas sebagai ketua umumnya. sehingga PERTI pun ikut mengambil andil dalam mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Namun seiring dengan berlalunya waktu, terjadi perpecahan di dalam tubuh  PI PERTI itu sendiri, karna perebutan kursi kekuasaan dan setelah munculnya perbedaan pandangan di kalangan internal organisasi ini, apalagi selama 23 tahun partai ini berjalan telah meluputkan perhatian pada tujuan semula dalam bidang pendidikan karena lebih terfokus pada masalah-masalah politik,
 Sehingga hal tersebut membuat  kecewanya para pendiri Tarbiyah Islamiyah terutama Syekh Sulaiman ar-Rasuly, maka untuk menmyelamatkan organisasi ini, beliaupun mengambil suatu keputusan dangan mengeluarkan dekrit pada tanggal 1 mei 1969 agar PERTI kembalin ke khitahnya sebagai organisasi yang bergerak dibidang sosial seperti pada awal berdirinya 1928. Dan nama Partai Islam PERTI diganti menjadi Persatuan Tarbiyah Islamiyah dan disingkat menjadi tarbiyah saja.
Akan tetapi, gagasan kembali ke khittah 1928 yang merupakan pesan-pesan terakhir Syekh Sulaiman Ar-Rasuly ini, oleh para pelanjut organisasi Tarbiyah, diinterpretasi sebagai hanya keharusan organisasi untuk tidak menjadi partai politik, bukan tidak berpolitik. Sehingga dalam perkembangannya setelah tahun 1970an, organisasi Tarbiyah berafiliasi dengan salah satu kekuatan politik (yang bukan partai politik), yaitu Golongan Karya. Akhirnya, apa yang sesungguhnya menjadi keinginan pendiri untuk mengembalikan organisasi menjadi organisasi yang berkonsentrasi bagi pengembangan pendidikan Islam, kembali menjadi terabaikan. Kesibukan para tokoh organisasi Tarbiyah dalam mengurusi soal-soal politik, telah meluputkan perhatian mereka dalam mengembangkan sistem pendidikan Madrasah Tarbiyah Islamiyah sendiri. Hingga hari ini kita menyaksikan trend MTI yang mengalami penurunan grafik secara tajam.        

B.   Tujuan Tarbiyah Islamiyah
TUJUAN BERDIRINYA MADRASAH TARBIYAH ISLAMIYAH MALALO
Kalau kita berbicara mengenai apa tujuan berdirinya Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Malalo, tentu saja kita akan mendapat jawabannya melalui Mars Tarbiyah yang selalu dinyanyikan oleh santi/santriwati yaitu WUJUDNYA TARBIYAH adalah untuk mendidik manusia dengan ilmu berlaku baik beramal shaleh,melarang kita berbuat dosa di dunia ini.Untuk lebih jelasnya izinkanlah kami menyampaikan butir-butir dari tujuan berdirinya sebagai berikut :

1.     Kita harus melanjutkan sistem pendidikan Rasulullah sehingga umat Islam benar-benar dapat hadir sebagai sosok manusia yang memiliki kekuatan vital untuk membangun peradaban manusia yang di redhai Allah SWT.
2.     Membentuk moralitas muslim sejati dengan harapan semoga terdapatnya suatu zaman yang disana akan lahir nanti para muslim dengan kepribadiannya yang cemerlang sehingga mampu menghadirkan zaman keemasan bagi Islam kembali.
3.     Untuk meningkatkan ketaqwaan dan mempertebal iman pada Allah Swt, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi perkerti dan mempertebal semangat keagamaan.
4.     Mendalami ajaran islam Ahlussunnah wal jam’ah bermazhab Syafri’ah.
5.     Menghindarkan umat islam terjerumus ke dalam tradisi-tradisi jahiliyah bahkan bertentangan dengan ajaran tauhid, iman mereka luntur dan kabur.
6.     Membantu pemerintah dalam membangun mental seperti termuat dalam GBHN “Pendidikan itu mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia Pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa”.
7.     Ikut serta melaksanakan tujuan pendidikan seperti yang disarankan oleh pemerintah yaitu “ membentuk manusia Indonesia yang berilmu pengetahuan, berakhlak mulia serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”.
8.     Membantu pemerintah membebaskan Bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan bangsa lain sebelum Indonesia merdeka seperti mengusir bangsa Jepang dan Belanda yang tidak berperikemanusiaan pada zaman dahulu.
9.     Menyalurkan aspirasi masyarakat dan minat belajar yang tinggi dalam mendalami ajaran islam yang dibawa oleh Rasulullah yang bersumberkan Al-Qur’an,Hadist,Ijma’dan Qiyas apalagi sekarang sudah banyak hukum-hukum islam menjadi beku tersudut dan tak berlaku.
10.                  Juga merupakan wadah bagi masyarakat yang ekonomi lemah khususnya di Malalo yang tidak bisa menyerahkan anaknya ke sekolah di luar Malalo.
11.                  Mengangkat derajat manusia yang rendah dari pandangan mata manusia yang mendewakan kekayaan dan pangkat, menjadi manusia yang berilmu pengetahuan agama yang bisa menyelamatkannya dunia akhirat.
Selain tujuan yang telah dicantumkan di atas, ada beberapa keinginan lagi yang hendak dicapai oleh Tarbiyah Islamiyah, diantara tujuan yang sangat luhur itu, baik untuk diri pribadi atau untuk kehidupan berkeluarga dan masyarakat serta bangsa dan tentunya untuk agama Islam.Tujuan tertinggi dari Tarbiyah Islamiyah adalah membentuk manusia yang baik dan bettaqwa kepada Allah, sebagaimana ungkapan Al Qur'an:
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.sŒ 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© Ÿ@ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ׎Î7yz ÇÊÌÈ

Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al Hujurat: 13).
Sedangkan tujuan Tarbiyah Islamiyah secara umum  adalah, “Menciptakan keadaan yang kondusif  bagi manusia untuk hidup di dunia secara lurus dan baik, serta hidup di akhirat dengan naungan ridha dan pahala Allah SWT”.
Bagi kalangan santri, tujuan Tarbiyah Islamiyah apabila dijabarkan ada beberapa bagian penting sebagai berikut:
1.     Tujuan Tarbiyah untuk Kepribadian (individu)
Tujuan tarbiyah Islamiyah pada dasarnya ditujukan kepada diri pribadinya terlebih dahulu, sebelum akhirnya nanti memberikan kontribusi bagi yang lain. Adapun tujuan Tarbiyah bagi pribadi santri adalah:
a.     Membentuk seorang Muslim yang sempurna
Tujuan Tarbiyah yang pertama kali adalah membentuk kepribadian sebagai muslim yang paripurna. Seluruh aspek kemanusiaan muslim hendaknya ditumbuhkan sehingga akan melahirkan potensi yang optimal. Baik segi ruhaniyah (spiritual), fikriyah (intelektual), khuluqiyah (moral), jasadiyah (fisik), dan amaliyah (operasional).
Menurut Syaikh Hasan Al Banna, kepribadian Islam meliputi sepuluh aspek, meliputi hal-hal sebagai berikut:
        Salimul Aqidah. Setiap individu dituntut untuk memiliki kelurusan aqidah yang hanya dapat mereka peroleh melalui pemahaman terhadap Al Qur’an dan As Sunnah.
 Shahihul Ibadah. Setiap individu dituntut untuk beribadah sesuai dengan tuntunan syari’at. Pada dasarnya ijtihad bukanlah hasil ijtihad seseorang karena ibadah tidak dapat diseimbangkan melalui penambahan, pengurangan,  atau penyesuaian dengan kondisi dan kemajuan zaman.
  Matinul Khuluq. Setiap individu dituntut untuk memiliki ketangguhan akhlaq sehingga mampu mengendalikan hawa nafsu dan syahwat.
 Qadirun alal Kasbi. Setiap individu dituntut untuk mampu menunjukkan potensi dan kreativitasnya dalam kebutuhan hidup.
  Mutsaqaful Fikri. Setiap individu dituntut untuk memiliki keluasan wawasan. Ia harus mampu memanfaatkan setiap kesempatan untuk mengembangkan wawasan.
 Qawiyul Jismi. Setiap individu dituntut untuk memiliki kekuatan fisik melalui sarana-sarana yang dipersiapkan Islam.
  Mujahidun linafsihi. Setiap individu dituntut untuk memerangi hawa nafsunya dan mengokohkan diri di atas hukum-hukum Allah melalui ibadah dan amal shalih. Artinya, setiap pribadi dituntut untuk berjihad melawan bujuk rayu setan yang menjerumuskan manusia ke dalam kebathilan dan kejahatan.
  Munazhamun fi Syu’uniha. Setiap individu dituntut untuk mampu mengatur segala urusannya sesuai dengan aturan Islam. Pada dasarnya segala pekerjaan yang tidak teratur hanya akan berakhir pada kegagalan.
  Harisun ala Waqtihi. Setiap individu dituntut untuk mampu memelihara waktunya sehingga akan terhindar dari kelalaian. Setiap individu juga dituntut untuk mampu menghargai waktu orang lain sehingga tidak akan membiarkan orang lain melakukan kesia-siaan.
  Nafi’un li Ghairihi. Setiap individu harus menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain.
Tarbiyah bagi seorang  muslim hendaknya mampu menumbuh kembangkan berbagai sifat positif dalam kepribadian, sehingga lahirlah pribadi mempesona, buah dari proses tarbiyah yang berkesinambungan.
b.     Membentuk seorang  Da’i yang handal
Setelah kepribadian Islam pada diri seorang muslim terbentuk, mereka harus dipersiapkan pula untuk menjadi aktifis dakwah atau seorang da’i. Islam tidak hanya menuntut seseorang untuk sholeh secara individual, akan tetapi juga sholeh secara sosial. Untuk itulah tarbiyah menghantarkan seorang mulsim untuk memiliki kepribadian sebagai da’i yang aktif mengajak masyarakat melakukan kebaikan dan mencegah mereka dari keburukan.
Allah Ta’ala menyebutkan amar ma’ruf dan nahi munkar sebagai karakter pokok laki-laki dan perempuan yang beriman :
tbqãZÏB÷sßJø9$#ur àM»oYÏB÷sßJø9$#ur öNßgàÒ÷èt/ âä!$uŠÏ9÷rr& <Ù÷èt/ 4 šcrâßDù'tƒ Å$rã÷èyJø9$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# šcqßJŠÉ)ãƒur no4qn=¢Á9$# šcqè?÷sãƒur no4qx.¨9$# šcqãèŠÏÜãƒur ©!$# ÿ¼ã&s!qßuur 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNßgçHxq÷Žzy ª!$# 3 ¨bÎ) ©!$# îƒÍtã ÒOŠÅ3ym ÇÐÊÈ  
Artinya: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (At Taubah 9 : 71).

c.      Memberikan pelatihan amal dan pengalaman
Seorang santri Tarbiyah juga diharapkan memberikan pelatihan (tadrib) amal dan pengalaman (tajribah) di lapangan. Mereka  harus mendapatkan pelatihan amal yang memungkinkannya memiliki penguasaan medan yang bagus. Pelaku dakwah harus memiliki pengalaman yang luas dan penguasaan yang matang, sehingga berbagai amanah bisa dikerjakan dengan optimal.
Tarbiyah bukan hanya berbentuk forum kajian keilmuan, akan tetapi ia juga praktek di lapangan. Mereka dilatih dengan penunaian tugas-tugas dakwah,. Selain itu juga dilibatkan dalam kegiatan kepanitiaan ataupun kelembagaan, sehingga memiliki pengalaman yang luas dalam berbagai medan dakwah.
Kepanitiaan dalam suatu kegiatan tertentu penting untuk melatih mereka  agar memiliki kemampuan beramal jama’i. Selain itu juga penting untuk menumbuhkan ruh ukhuwah dan ruh berjama’ah untuk mereka kembangkan dalam lingkungan masyarakat, menumbuhkan rasa tanggung jawab dan amanah. Dan Untuk melatih kemampuan berorganisasi, merancang kegiatan, berinteraksi dengan berbagai macam kalangan dan sifat manusia, maka aktivitas dalam kepengurusan sebuah organisasi adalah sarana pelatihan yang amat baik.  
2.     Tujuan Tarbiyah bagi Masyarakat
Tarbiyah Islamiyah bagi para santri  bukan hanya bertujuan untuk kebaikan diri dan keluarganya, akan tetapi juga memiliki tujuan yang lebih luas lagi yaitu untuk masyarakat. Tarbiyah Islamiyah  tidak akan mencetak sosok pribadi yang puritan, anti sosial, dan tidak mengenal masyarakat. Justru diharapkan dengan tarbiyah Islamiyah akan mengoptimalkan peran-peran penting di tengah komunitas masyarakat.
Di antara tujuan tarbiyah Islamiyah  dalam kaitannya dengan masyarakat adalah Menumbuhkan kepekaan dan jiwa  sosial
Tarbiyah bertujuan untuk membentuk seorang muslim yang memiliki kepekaan dan jiwa sosial, yang menyebabkan mereka tanggap terhadap problematika sosial kemasyarakatan. Mereka nantinya diharapkan menjadi pekerja sosial yang handal untuk menyelesaikan permasalahan keumatant. Mereka dilarang berpangku tangan apabila  melihat ketidakbaikan ditengah-tengah  masyarakat.
Kepekaan dan jiwa sosial ini memang harus senantiasa diasah agar tidak tumpul, dengan sebuah proses tarbiyah. Dengan demikian tarbiyah bukanlah proses yang eksklusif dengan perhatian yang senantiasa ke dalam diri sendiri, akan tetapi bermuatan inklusif dengan perhatian terhadap kehidupan sosial masyarakat. 








    SEJARAH BERDIRINYA
PONDOK PESANTREN TARBIYAH ISLAMIYAH MALALO
Pada dasarnya sejarah berdirinya Madrasah Tarbiyah Islamiyah Malalo (sekarang Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Malalo atau PPTI Malalo) itu secara garis besarnya memiliki dua periode, sebagaiman sejarah bangsa Indonesia. Karna berdirinya Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Malalo itu terjadi pada saat Indonesia masih dalam keadaan terjajah oleh bangsa asing, hingga sekarang setelah Indonesia merdeka.
Karna berdirinya MTI Malalo didua periode yang berbeda, dan memiliki permasalahan atau kahidupan masyaraka yang berbeda pula, sehingga sejarah perjuangan berdirinya MTI Malalo juga akan memiliokji perbedaan antara sebelum kemerdaan dan sesudah kemerdekaan.

A.   Tarbiyah Islamiyah Malalo Sebelum Indonesia Merdeka
Jauh sebelum berdirinya Madrasah Tarbiyah Islamiyah di malalo, masyarakat yang hidup di pinggir danau Singkarak dan sekalis berada di bawah kaki bukit patah gigi ini sudah merasakan kebutuhan mereka terhadap ilmu agama, sehingga hal tersebutlah yang menuntun mereka untuk selalu berusaha mendalami  ilmu agama.
pada awalnya mereka mempelajari ilmu agama di mesjid-mesjid, atau di surau-surau dan rumah-rumah penduduk. Salah satu kegiatan yang rutin dilakukan  masyarakat setempat adalah wirid atau pengajian, kegiatan ini sudah menjadi budaya yang selalu dilestarikan bagi masyarakat malalo yang tentunya beradat pada adat Minangkabau, karna mereka selalu menyadari filosofi adat minangkabau bahwa  Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.” Dan hal tersebut tidak akan bisa mereka bantah lagi.
Tapi wirid yang dilakukan tersebut masih belum memuaskan keinginan masyarakat, karna wirid tersebut belum mempelajari kajian agama yang menedalam. Apalagi melihat apresiasi masyarakat yang semakin tinggi terhadap pendidikan ilmu agama, sehingga  timbullah suatu gagasan dari pemuka masyarakat setempat , alim ulama serta cerdik pandai untuk mendirikan sebuah sekolah agama di Nagari Malalo.
Melalui kerja sama seluruh lapisan anggota masyarakat akhirnya Alhamdulillah sebuah sekolah yang diberi nama Madrasah Tarbiyah Islamiyah berdiri di Malalo pada tahun 1930 M tepatnya di dusun padang laweh. Madrasah ini dipimpin oleh Yarhamukallah Abuya Syech H.Zakaria Labai Sati. Abuya sangat dikenal oleh masyarakat sebagai seorang ulama yang mempunyai pandangan basyirah yang dalam, hingga banyak sekali masalah agama yang belum tahaqiq serta menjadi perdebatan ditengah-tengah masyarakat beliau selesaikan. Beliau juga seorang tokoh yang berani mempertahankan kebenaran meski apapun halangannya, asal masih dijalan Allah tidak  pernah merasa takut untuk melakukannya, dan hal tersebut yang seharusnya kita contoh. Serta bantuan  oleh guru-guru yang lain seperti Abuya Dt.Pangulu Kayo dan Engku Lukman Hakim.
tahun demi tahun Madrasah ini semakin populer ditengah-tengah masyarakat. Terbukti dengan banyaknya santri yang berdatangan yang berdatangan ke Madrasah ini tentunya dengan tujuan menuntut ilmu agama. Santri tersebut berasal dari berbagai daerah  di Indonesia, seperti Palembang, Tapanuli, Pekanbaru, Jawa Timur, Tanjung Pinang, Bengkulu, Aceh,   serta dari Sumatra Barat sendiri.
Tetapi berdirinya Madrasah ini tentu tidak akan semudah yang kita bayangkan, karna pada saat itu daerah Nusantara masih dalam jajahan pemerintahan Belanda. Tentu proses belajar mengajar akan sangat terganggu dengan keadaan yang seperti ini.
Semakin tahun jumlah santri semakin banyak,dengan keadaan tersebut tentu Madrasah memerlukan pemondokan untuk sarana tinggal mereka selama belajar di Madrasah ini.Maka dibangunlah sebuah Mushalla yang dikenal dengan sebutan Surau Tinggi sebagai tempat tinggal Kepala Sekolah sekaligus Asrama Putri.Sementara untuk putranya di tampung dirumah-rumah penduduk yang berada di sekitar nagari padang laweh Malalo bahkan sampai ke nagari tetangga karna meluapnya santri di Madrasah Tarbiyah Islamiyah, dan hal ini dilakukan dengan penuh rasa kekeluargaan. Karna semua warga juga memberikan dukungan yang sangat tinggi  untuk Madrasah Tarbiyah Islamiyah padang laweh malalo ini.
Di Madrasah ini santri dididik selama 7 (tujuh ) tahun,tingkat pertama 4 (empat) tahun dengan menerima ijazah TSANAWIYAH dan tingkat keduanya 3 ( tiga ) tahun dengan menerima ijazah ALIYAH.
Selama masa pendidikan, para santri yang berprestasi ditugaskan untuk mengajar adik-adik kelasnya pada malam hari. Kegiatan ini dilakukan para santri tanpa pamrih, semata-semata bertujuan menyumbangkan ilmu yang sudah didapat dan menambah mantapnya ilmu tersebut serta mendidik mereka untuk  menjadi pemimpin ditengah-tengah masyarakat mereka nantinya. Hingga sekarang tradisi seperti ini masih tetap dipertahankan.
Alumni Madrasah Tarbiyah Islamiyah ini banyak yang diminta oleh masyarakat kepada Abuya untuk menjadi tenaga pengajar di daerah mereka. Mengingat pada zaman itu tenaga guru agama masih sangat dibutuhkan dan Negara Indonesia ini masih dibawah kendali pemerinthan kolonial Belanda. Akibatnya alumni-alumni Madrasah ini banyak tersebar keberbagai penjuru Nusantara. Hal tersebut secara tidak langsung menambah harumnya nama Madrasah Tarbiyah Islamiyah
B.   Tarbiyah Islamiyah Malalo Setelah Indonesia Merdeka
Kita telah banyak mendengar dan mengetahui betapa sengsaranya orang tua kita yang  hidup dimasa pemerintahan kolonial Belanda, karna selalu ditindas bahkan disiksa terus  menerus hanya untuk bangsa lain yaitu bangsa Belanda yang pada saat itu mereka menyebut masyarakat sebagai bengsa inlanders  yang artinya bangsa jajahan,tetapi dengan keadaan yang seperti itu mereka masih mampu untuk memperjuangkan pendidikan di atas bumi Indonesia ini, seperti para pejuang Madrasah Tarbiyah Islamiyah, yang selalu berusaha terus- menerus untuk menegakkan panji-panji pendidikan agama Islam di Negara Indonesia terutama di ranah alam Minangkabau.
Hasil perjuangan mereka tersebut bias kita lihat  setelah Indonesia mampu merebut kemerdekanya, contohnya saja ratusan alumni Madrasah Tarbiyah Islamiyah yang mereka tempa selama di madrasah mampu untuk membantu pemerintahan Indonesia diinstansi-instansi pemerintahan dan swasta bahkan banyak pula yang mendirikan Madrasah didaerah kelahiran mereka,seperti:
Ø Abuya Zamzami di Sengkel – Aceh
Ø Abuya Ibrahim di Lamno – Aceh
Ø Abuya Adul Aziz – Calang
Ø Engku Bakhtiar di Kampar – Riau
Ø Abuya Ali Imran di Pariaman – Sumatra Barat
Ø Muhibbittibri di Aek Nopan – Sumatra Utara

Juga banyak yang menjadi pimpinan Jama’ah tariqat dan Majlis Ta’lim,seperti:
Ø Nuryamsi pimpinan jamah di Teluk Kuantan
Ø Abdul Hamid pimpinan jamaah di Riau
Ø Abdul Gafar pimpinan di jamaah Riau
Ø Bahauddin pimpinan jamaah di Singkel
Ø Engku Karim pimpinan jamaah di Tanjung Barulak

Namun untuk mencetak ornag seperti di atas tidak bisa lakukan begitu saja, karena dalam prosesnya Madrasah Tarbiyah Islamiah Malalo pernah ditutut dan dibuka kembali oleg Buya labai Sati karena beberapa hal atau kondisi yang menuntut untuk menutupnya. Seperti pada tahun 1959 sampai 1962 M Madrasah harus ditutup karena pergolakan PRRI yang sangat parah di daerah Sumatera Tengah pada waktu itu. Dan pada watu itu Buya pergi ke Aceh tepatnya ke daerah Labuan Haji, Mukek nama kempung kecilnya. Dan tepat pada tanggal 1 syafar 1962 M  Buya kembali ke Malalo dan Madrasah kembali dibuka. Pada saat itulah Buya ditawarkan untuk kerja di pemerintahan, namun Buya menolaknya.
Semenjak itu kegiatan belajar mengajar semakin ditingkatkan oleh Buya, baik yanh bersifat internal ataupun yang bersifat eksternal, seperti pada setiap selasa ba’da magrib selalu wirid besar atau tabliq akbar di mesjid Nurul Huda Padang Laweh. Penceramahnya selalu bergantian yang di ambil dari para santri Madrasah dan selalu ditutup dengan penyampaian ceramah dari Buya sendiri.Dan selalu diadakan kegiatan suluk di Surau tinggi menimal dua kali setahun.
Dan pada tahun 1968 M  tepatnya pada har jum’at kegiatan belajar mengaajat kembali terganggu kerena terjadi badai besar yang membuat atap sekolah rusak, namun pada waktu itu kegiatan belajar mengajar tidak berhenti secara total seperti masa PRRI kerena proses belajar mengajar masih dilakukan di tempat-tempat lainnya. Yang pada tahun itu Buya pergi ke Aceh untuk mencari dana untuk memperbaiki sekolah yang rusak tersebut, namun di perjalanan pulang Buya menghadapi Bahaya yang bembuat Buya terdampar di Pulau Dun-dun.
Tahun demi tahun santri Madrasah ini kian bertambah jumlahnya sehingga sarana pendidikan yang tersedia tidak mampu lagi menampung para santri.Pada tahun 1996 M,diatas sebidang tanah wakaf dibangunlah 7 ( tujuh ) lokal ruang belajar dengan dana swadaya masyarakat serta bantuan pemerintah.Kegiatan pembangunan lokal ini dilaksanakan oleh masyarakat dan santri secara gotong royong.
Dalam masa jayanya,pendidikan di Madrasah ini laksana obor yang menerangi kegelapan malam.Namun pada masa itu pula datang cobaan yang sangat berat bagi kelangsungan pendidikan di Madrasah ini.Dimana pada tahun 1973 M.Abuya selaku pendiri tulang punggung Madrasah berpulang ke Rahmatullah.Dapat kita bayangkan betapa haru dan sedihmya suasana yang menyelimuti Madrasah ini pada waktu itu.
Sepeninggalan Abuya kepemimpinan Madrasah ini dilanjutkan oleh Tengku Datuak Tianso Nan Putiah. Namun kepemimpinam beliau tidak berjalan lama,pada tahun itu juga kepemimpinan tersebut beliau serahkan kepada putra sepupu Abuya yaitu Tengku M.Yunus. Beliau memimpin Madrasah ini dalam waktu yang tidak begitu lama,karena tidak lama berselang kepemimpinan ini pun beliau serahkan kepada Abuya yaitu Tengku Aidarus Z. Seperti Tengku M.Yunus, Engku Aiduris Z juga menyerahkan kepemimpinan madrasah ini pada Ustadz Samsuardi. Masa pergantian kepemimpinan yang silih berganti ini terjadi selama  satu tahun setelah kepergian Abuya Syech H. Zakaria Labai Sati.
Pada akhir  tahun 1974 M kepemimpinan madrasah ini dipercayakan kepada putri Abuya Nur’aini Z. Dengan penuh keyakinan kepada kekuasaan Allah SWT untuk melanjutkan amanah dari para pendiri Madrasah,beliau melanjutkan perjuangan Madrasah ini dengan gigih dan pantang menyerah meskipun banyak hal yang beliau hadapi dimasa-masa kepemimpinannya.Dengan dibarengi semangat  kerjasama dengan pengurus,majlis guru dan masyarakat yang terukir dalam sebuah tekad untuk tidak akan membiarkan Madrasah ini mati atau tutup kecuali bila memang sudah ditakdirkan Allah SWT,perlahan-lahan laju pendidikan di Madrasah mulai bangkit lagi dari keterpurukkannya sepeninggalan Abuya.
Masa kebangkitan Madrasah Tarbiyah Islamiyah ini kembali mendapatkan cobaan dengan berpulangnya ibunda Nur’aini Z ke Rahmatullah,tepatya pada tanggal 26 September 1986 M .Kepemimpinan di tubuh Madrasah pun otomatis menjadi lumpuh.
Menanggapi keadaan ini para pemuka masyarakat mengadakan musyawarah guna mencari pengganti Ibunda Nur’aini Z untuk melanjutkan jalannya pendidikan di Madrasah ini musyawarah ini  menemukan  kata sepakat meminta kesedian Abuya H. Thaharuddin Labai Sutan untuk melanjutkan jalannya roda pendidikan Madrasah.Syukur Alhamdulillah permintaan masyarakat ini dapat beliau penuhi karena beliau sangat mencintai Madrasah dimana beliau pernah di tempa,meskipun pada saat itu beliau sedang bertugas menjadi Kepala Sekolah sebuah Madrasah di Tingkarang-Rao Mapattunggul Kabupaten Pasaman.Penugasan untuk menjadi guru di daerah ini beliau jalani karena perintah dari Abuya Syech H. Zakaria Labai Sati untuk memenuhi permintaan masyarakat daerah tersebut.
Abuya  H.Thaharuddin dilantik sebagai kepala sekolah Madrasah Tarbiyah Islamiyah oleh BUPATI TANAH DATAR  Ikasuma Hamid dan di hadiri pula oleh Pembantu Gubenur Wilayah II Hasan Basri pada akhir tahun 1986 M.
Tahun 1987 M adalah tahun dimana Abuya dihadapkan pada tantangan budaya modern yang sangat mempengaruhi minat orang tua untuk menyerahkan anaknya ke sekolah agama atau madrasah.Ditambah lagi dengan sarana belajar yang tidak mendukung serta pemondokan santri yang sudah tidak layak pakai karena di telan usia.Tantangan dan kekurangan yang ada memacu semangat Abuya untuk membuat Madrasah ini tetap berkiprah ditengah-tengah masyarakat.

Pada tanggal 28 Desember 1988 M Madrasah ini resmi menjadi PONDOK PESANTREN  dengan nama PONDOK PESANTREN TARBIYAH ISLAMIYAH MALALO yang diresmikan oleh Gubernur Sumatra Barat Azwar Anas.
Dalam perjalanan kepemimpinan Abuya H. Thaharuddin  Labai Sutan, santri di pesantren ini tahun ke tahun terus bertambah jumlahnya hingga mencapai 300 orang. Mengingat peran ganda yang dijalani Abuya selama ini sebagai pengurus pendidikan sekaligus pengurus pembangunan.
 Maka saat ini pembenaan fasilitas pendidikan adalah terfokus kepada pembangunan mengingat sarana dan prasarana yang ada sekarang tidak memadai lagi bila diukur dari angka pertumbuhan jumlah santri pertahunnya.
Saat ini sarana yang dimiliki pesantren adalah:Lahan seluas 5,348 M2,1 buah Mushalla (20x18) M2 ( sudah hancur karena bencana Gempa ), Asrama putri (25x11) M2, Asrama putra (20x11) M2,4 lokal permanent, 7 lokal semi permanent (sudah tidak layak pakai ).
Dan seiring bergantinya tahun demi tahun Abuya yang dulunya sehat dalam menjalankan aktifitasnya sebagai Pimpinan sekarang kesehatan Beliau telah berkurang.Maka supaya kegiatan sekolah ini tetap berjalan lancar,maka Bagian TSANAWIYAH diserahkan  kepada Dra. Sriwati begitu juga dengan ALIYAH diserahkan kepada Zulmas,S.Pd.I. Sementara Abuya hanya sebagai Pimpinan Pondok.
Tapi semakin hari kesehatan Abuya semakin menurun dan tidak dapat melaksanakan tugas Beliau dengan sepenuhnya.Untuk itu Abuya berinisiatif menyerahkan kepemimpinan Beliau kepada orang yang bisa mengantikan Abuya dengan baik.
Maka disepakati Kepemimpinan Abuya diserahkan kepada putra kandung  Almarhum Abuya H. Zakaria Labai Sati. Yaitu Izzuddin Datuak Panduko Nan Banso yang bertepatan dengan tanggal 4 Dzulhijjah 1432 H/11 Desember 2010 M. Dan pengukuhan  Kepemimpinan tersebut  dilaksanakan tanggal  27 Muharram 1432 H/2 januari 2011 M yang disaksikan oleh seluruh masyarakat dan para alumni. Untuk mendukung Kepemimpinan ini supaya kegiatan sekolah berjalan dengan lancar maka di bentuklah struktur kepegurusan Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Malalo sebagai berikut





Tidak ada komentar:

Posting Komentar